Rabu, 18 Februari 2009

tugas sejarah

Kosovo War (1996 to 1999)
UNMIK administration (1999-2008 )
Republic Kosovo (since February 17, 2008 )
Pendahuluan
Masalah Kosovo akhir-akhir ini sering muncul di media massa. Ini dikarenakan masalah Kosovo sudah hampir sampai ke penentuan akhir statusnya. Ya, status Kosovo memang sedang menjadi bahan pembahasan Dewan Keamanan PBB. Lewat posting-an ini, saya akan membahas sedikit lebih detail tentang
- Akar konflik Kosovo
- Perkembangan dari waktu ke waktu
- Dugaan kelanjutan masalah ini ke depannya
Masalah ini menjadi sedemikian penting mengingat saat ini Indonesia duduk sebagai anggota tidak tetap DK PBB sekaligus merupakan negara muslim terbesar di dunia. Dengan posisi yang strategis tersebut, Indonesia bisa memainkan peranan yang sangat penting dalam memberikan solusi pemecahannya dengan prinsip politik bebas aktifnya - tentunya posisi Indonesia harus juga bisa mencerminkan kepentingan nasionalnya sendiri.
Apa itu Kosovo?
1945 — Kosovo sebuah propinsi yang dibentuk pada tahun 1945 sebagai daerah otonom dalam wilayah Republik Serbia yang merupakan bagian dari Republik Federal Yugoslavia mempunyai sejarah konflik yang sangat panjang.

Apa sih Akar Masalahnya???
a. Peningkatan Status yang Tidak Direalisasikan
1974 — Dalam konstitusi tahun 1974, pemerintahan otonomi Kosovo memperoleh peningkatan status dengan diperbolehkannya memiliki seorang Presiden dan Perdana Menteri serta duduk dalam Presidensi Federal Yugoslavia, dengan posisi ini secara de facto Kosovo merupakan Republik Sosialis dalam Federasi Yugoslavia akan tetapi kenyataanya Kosovo tetap merupakan propinsi otonom dalam Republik Sosialis Serbia.
b. Kaum Mayoritas Merasa Tidak Diperhatikan Pemerintah Pusat (FRY)
1970-an – Kaum mayoritas (Albania) merasa tidak diperhatikan oleh Serbia sehingg berniat memisahkan diri
c. Masalah Etnis dan Agama
Komposisi etnis yang makin tidak berimbang antara etnis Albania dan etnis Serbia, gerakan nasionalis etnis Albania menuntut pengakuan Kosovo sebagai salah satu Republik dalam Federasi Yugoslavia. Dengan semakin tidak berimbangnya komposisi etnis (etnis Albania dari 65% menjadi lebih dari 80% sedang etnis Serbia turun dari 25% menjadi hanya 10% dari total populasi), tuntutan untuk pengakuan Kosovo menjadi republik dalam Federasi Yugoslavia makin gencar muncul dari etnis Albania. Akhir-akhir ini berpenduduk 2,1 juta, terdiri dari 90 persen tnis Albania yang Muslim, 5,3 persen etnis Serbia yang Katolik Ortodoks, selebihnya etnis Bosnia dan minoritas lain.
d. Solusi Temporer FRY(Federal Republic Yugoslavia)
Solusi yang diberikan pemerintah Federal Yugoslavia saat itu hanya bersifat temporer untuk membendung gerakan-gerakan ini.
e. Isu Diskriminas Etnis
Selama bertahun-tahun, etnis Albania merasa didiskriminasi Pemerintah Serbia di Belgrade, menjadi sasaran kekerasan dan tindakan represif. Perkembangan situasi ini mendorong terjadinya perang antara kelompok etnis Albania yang menamakan diri Kosovo Liberation Army (KLA) melawan pasukan Yugoslavia yang dengan kekuatan militer ingin mencegah Kosovo memisahkan diri.
Runtuhnya Uni Sovyet
Uni Soviet merupakan sebuah negara komunis di Eropa Timur dan Asia Utara yang berdiri sejak November 1917 ( menurut kalender Gregorian ) sampai pada tahun 1991. sampai tahun 1917, Rusia merupakan kerajaan atau kekaisaran dengan seorang Tsar sebagai kepala negara. Pada masa dinasti Rumanov, Rusia banyak mengalami peristiwa politik baik dari dalam negeri maupun luar negeri serta banyak mengalami persinggungan politik, diantaranya adalah konflik dengan pemerintahan Perancs pimpinan Napoleon Bonaparte. Setelah Revolusi Bolshevik, Imperium Rusia berganti menjadi system sosialisme yang membawa Rusia kepada posisi negara adikuasa. Namun, kemudian system ini runtuh dan digantikan dengan system demokrasi ala barat.
Uni Soviet runtuh pada tahun 1990-an, namun, ketika menjelang pertengahan tahun 1980-an, Uni Soviet mengalami krisis ekonomi dan politik. Kemerosotan ekonomi akibat korupsi dan bobroknya britokrasi serta budaya politik yang makin monolitik semakin memperkuat apatisme masyarakat. Penempatan kekuatan militer Uni Soviet di kancah konflik internasional seperti di Afganistan dan di negara-negara Eropa Timur membutuhkan biaya yang sangat besar yang tentu saja menyedot dana domestic yang tidak sedikit. Sementara insdustri yang sudah terpola pada industri berat yang ditujukan untuk menopang hegemoni Uni Soviet tidak memnerikan jalan keluar yang dibutuhkan masyarakat berupa perbaikan taraf hidup. Menurunnya tingkat kesejahteraan yang tajam semakin memperuncing konflik-konflik yang tumbuh di dalam negeri.
Kondisi tersebut di atas memaksa para petinggi negara dan pemimpin partai untuk mengadakan koreksi atas kebijakan parta dan politik Uni Soviet secara umum. Tidak hanya itu, peninjauan ulang terhadap strategi system sosialismepun lalu dianggap sebagai langkah yang mampu menjawab berbagai krisis yang menimpa. Sehingga lahirlah program Glasnot dan Parestroika yang dihembuskan oleh Mikhail Gorbachev.
Kebijakan Glanot dan Parestroika yang dijalankan pemerintah Gorbashev membawa pengaruh bagi semakin menguatnya gerakan separatisme , akibat semangat keterbukaan dan demokratisasi yang menjadi inti dari kebijakan tersebut. Berbagai konflik antar etnis yang selama ini tersembunyi, mulai muncul konflik terbuka. Selain itu, ketidakmampuan pemerintah pusat dalam mengangani masalah ekonomi juga semakin mendorong ketidakpuasan di republik-republik konstituen Uni Soviet. Ketidakpuasaan ini pada gilirannya mendorong munculnya kekuatan oposisi setempat yang mulai menyuarakan ide-ide separatisme. Munculnya gerakan dan partai politik seperti “ Ruh “ di Ukraina, “Sayudis” di Lithuania dan sebagainya menjadi pusat-pusat gerakan kemerdekaan republik-republik terhadap kekuasaan pusat.
Di Uni Soviet, konsep reformasi yang dibawa oleh Gorbachev melalui Parestroika ( keterbukaan ), berubah menjadi badai yang meruntuhkan pilar utama rezim dictator partai komunis. Rezim yang berkuasa sejak tahun 1917 dan menjadi kekuatan hegemoni dengan senjata-senjata pemusnah massalnya, ternyata rapu. Rakyat di negara-negara bagian Uni Soviet bangkit secara serempak. Kesadaran rakyat atas hak-hak politiknya mulai muncul. Mereka merasa berhak untuk memilih pemimpin-pemimpinnya, membentuk partai politik, dan menentukan status daerahnya sendiri melalui referendum. Akibatnya terjadi perang saudara ketika kekuasaan pemerintahan pusat mengalami kevakuman akibat reformasi. Hal ini kemudian menyebar kepada negara-negara satelit Uni Soviet lainnya di Eropa Timur dan Afrika.
Sehingga dapat dikatakan bahwa keruntuhan Uni Soviet akibat dari kegagalan program Glasnot dan Parestroika. Negara-negara pecahan Uni Soviet yang sekarang ini terbentuk berkat kebijakan dari Presiden Mikhail Gorbachev yang mencuatkan Glasnot dan Parestroika. Negara-negara pecahan Uni Soviet terbentuk berkat kebijakan dari Presiden Uni Soviet Michael Gorbachev yang pada 1990 mencuatkan Glasnot dan Perestroika. Salah satu isi dari kebijakan itu adalah negara-negara bagian boleh memisahkan diri dan menjadi negara sendiri. Maka di Asia Tengah lahirlah Turkmenistan, Uzbekistan, Kazakstan, Kirgistan, dan Azerbaijan. Sedangkan di Eropa Utara muncul Ukraina, Belarusia, Latvia, dan Estonia. Di Eropa Timur lahir Georgia dan Armenia. Masih ada satu lagi di Asia Utara bagian timur, yakni Cechnya, yang kini masih bergolak meminta kemerdekaan dari Rusia.
Faktor lain yang menjadi penyebab keruntuhan dari Uni Soviet adalah keberhasilan dari liberalisme. Seperti yang penulis ketahui bahwa Uni Soviet merupakan symbol dari sosialisme sedangkan AS adalah symbol dari liberalisme. Strategi AS untuk menghadapi Uni Soviet lewat containment policynya telah berhasil. Selain itu, negara-negara yang mengikuti bentuk liberalisme mengalami kemajuan yang pesat. Berbeda halnya dengan system sosialisme yang dianut oleh Uni Soviet di mana telah melahirkan stagnasi ekonomi yang berdampak buruk bagi Uni Soviet itu sendiri.
Apabila dipetakan, maka faktor-faktor penyebab runtuhnya Uni Soviet adalah :
FAKTOR DALAM NEGERI FAKTOR LUAR NEGERI
• Perekonomian ekonomi yang colaps sehingga tidak mampu menopang sendi-sendi perekonomian. • Pengeluaran Uni Soviet untuk membiayai kekuatan hegemoninya semakin besar, sedangkan Uni Soviet tidak memiliki dana untuk membiayai program-program luar negerinya untuk memelihara hegemoninya.
• Industri berat tidak dapat membantu perekonomian domestiik. • Keberhasilan ideology liberalisme yang semakin berkembang pesat
• Menurunnya tingkat kesejahteraan.
• Kegagalan Glasnot dan Perestroika yang diambil dalam rangka untuk meningkatkan perekonomian mlahan telah melahirkan banyak separatisme.
Uni Soviet runtuh menyisakan kepingan-kepingan negara-negara berdaulat. Rusia bersama republik lainnya ( minus negara-negara Balkan ) bekas raksasa komunis ini membentul sebuah “uni” baru dengan hubungan yang lebih longgar yang menjamin kedaulatan masing-masing. RSFSR yang kemudian menjadi Federasi Rusia adalah kepingan terbesar bekas negara adikuasa tersebut yang sekaligus memiliki hak sebagai pewaris kebesaran Uni Soviet.
konflik vietnam
Perang Vietnam, ada kalinya disebut juga "Perang Indochina" ataupun "Konflik Vietnam". Dalam bahasa Vietnam, peperangan ini disebut sebagai "Perang Amerika" ataupun mengikut nama yang digunakan oleh Kerajaan Vietnam, Kháng chiến chống Mỹ (Peperangan Menentang Amerika). Peperangan ini melibatkan Republik Demokratik Vietnam (dipanggil juga Vietnam Utara) dan sekutunya menentang Republik Vietnam (ataupun Vietnam Selatan) dan sekutunyanya, khususnya Amerika Syarikat.
Ramai pemerhati Barat melihat perang ini sebagai perang proksi bagi Amerika Syarikat dan Kesatuan Soviet. Perang ini salah satu daripada beberapa konflik semasa Perang Dingin di antara Amerika Syarikat dan sekutunya menentang Kesatuan Soviet dan sekutunya. Perang seperti ini disebut sebagai perang proksi kerana Amerika Syarikat dan Kesatuan Soviet sendiri tidak pernah bersemuka secara terang-terang di medan pertempuran kerana khuatir akan meletuskan peperangan nuklear yang amat membinasakan.
Sekutu Vietnam Utara termasuk Barisan Pembebasan Vietnam Selatan (Vietcong), Kesatuan Soviet dan China. Vietnam Selatan dibantu Amerika Syarikat, Australia, New Zealand dan Korea Selatan. Sekutu Vietnam Selatan menghantar bantuan tentera untuk berjuang di Vietnam. Penglibatan tentera Amerika Syarikat sebenarnya bermula sejak tahun 1959 lagi, tetapi bilangan tentera yang terlibat kecil. Askar Amerika dihantar dalam jumlah yang besar ke Vietnam Selatan mulai tahun 1965 dan hanya berundur sepenuhnya dalam tahun 1973.
Peperangan ini mengorbankan ramai penduduk awam. Peperangan tamat secara rasminya pada 30 April 1975 apabila Vietnam selatan tewas keseluruhannya.

konflik vietnam


konflik vietnam

Perang Vietnam, ada kalinya disebut juga "Perang Indochina" ataupun "Konflik Vietnam". Dalam bahasa Vietnam, peperangan ini disebut sebagai "Perang Amerika" ataupun mengikut nama yang digunakan oleh Kerajaan Vietnam, Kháng chiến chống Mỹ (Peperangan Menentang Amerika). Peperangan ini melibatkan Republik Demokratik Vietnam (dipanggil juga Vietnam Utara) dan sekutunya menentang Republik Vietnam (ataupun Vietnam Selatan) dan sekutunyanya, khususnya Amerika Syarikat.

Ramai pemerhati Barat melihat perang ini sebagai perang proksi bagi Amerika Syarikat dan Kesatuan Soviet. Perang ini salah satu daripada beberapa konflik semasa Perang Dingin di antara Amerika Syarikat dan sekutunya menentang Kesatuan Soviet dan sekutunya. Perang seperti ini disebut sebagai perang proksi kerana Amerika Syarikat dan Kesatuan Soviet sendiri tidak pernah bersemuka secara terang-terang di medan pertempuran kerana khuatir akan meletuskan peperangan nuklear yang amat membinasakan.

Sekutu Vietnam Utara termasuk Barisan Pembebasan Vietnam Selatan (Vietcong), Kesatuan Soviet dan China. Vietnam Selatan dibantu Amerika Syarikat, Australia, New Zealand dan Korea Selatan. Sekutu Vietnam Selatan menghantar bantuan tentera untuk berjuang di Vietnam. Penglibatan tentera Amerika Syarikat sebenarnya bermula sejak tahun 1959 lagi, tetapi bilangan tentera yang terlibat kecil. Askar Amerika dihantar dalam jumlah yang besar ke Vietnam Selatan mulai tahun 1965 dan hanya berundur sepenuhnya dalam tahun 1973.

Peperangan ini mengorbankan ramai penduduk awam. Peperangan tamat secara rasminya pada 30 April 1975 apabila Vietnam selatan tewas keseluruhannya.